Sore hari itu aspal jalanan sekitar rumah nampak basah. Hujan baru saja berhenti, menyisakan hawa dingin dan genangan. Sebuah angkot biru telur asin melewati jalanan yang lengang itu. Dari dalam terdengar teriakan, “Kiri, Bang!”. Suara Hasna memberi kode abang sopir untuk berhenti. Hasna turun dan menginjak genangan. “Cprassh!” Kaos kaki dan sepatunya basah. Hatinya malah panas. Dia melamun di depan pagar rumahnya.
Siang itu Hasna dan 3 temannya berkumpul di kafe dekat sekolah untuk menyelesaikan tugas kelompok Biologi sebagai syarat UTS kelas VIII. Hasna ingin memesan Matcha Latte kesukaannya namun di menu tertera harganya 57.000. Hasna enggan mengeluarkan uang sebanyak itu untuk beberapa teguk minuman yang akhirnya juga akan tersekresi dari tubuh. Keputusan Hasna untuk tidak membeli apa-apa menjadi bahan cemoohan sepanjang kerja kelompok.
“Enak lho. Yakin ga mau beli juga?”
“Ah pelit amat sih lo, Na.”
“Sekali-sekali aja kok.”
“Miskin lo.”
Hasna menggelengkan kepalanya berusaha mengusir memori pahit itu. “Bismillah. Aku tidak ingin membawa pikiran buruk itu ke dalam rumahku. Ya Allah, bantu hamba untuk membersihkan hati.” doa Hasna sembari menarik nafas.
Sesampainya di dalam rumah dia mengucap salam dengan pelan lalu berjalan menuju kamarnya, mencuci tangan, dan mengganti bajunya. Hasna keluar kamar mencari para penghuni rumah. Tak ada sepeda motor di halaman pertanda Papa masih di kantor. Sedangkan Mama rupanya sedang berada di kamar Abdurrahman. Terlihat Si Adek yang sedang memainkan ponsel pintar mama dengan jari-jari kecilnya dan Mama yang sedang membungkuk di sebelahnya.
Hasna mendekat dan menyapa memecah sunyi, “Lagi ngapain, Ma?”
“Astagfirullah. Eh, Hasna. Udah pulang.. Ini Mama lagi mau gantiin feeding peg adek. Udah kotor.”
Terlihat barisan tabung gel steril, peg pengganti, tabung suntik 5ml, botol labu larutan NaCl, dan strip pH di samping Mama. Hasna dengan sigap membersihkan tangannya dengan hand sanitizer 75% dan memberikan tabung suntik tanpa jarum. Ketika Mama sedang berkonsentrasi melepas peg lama di perut Adek, Hasna membuka bungkus peg baru dan mengoleskan gel steril ke sekitarnya. Mama mengangguk dan mengambil peg baru yang telah disiapkan. Dengan perlahan Mama memasukkan peg ke lubang kecil beberapa centi di atas pusar Adek. Hasna segera mengisi tabung suntik dengan larutan NaCl dan meletakkannya di samping Mama.
“Yak, sudah terpasang.”
Kemudian Mama memasang extension dan mengeluarkan sedikit cairan lambung Adek untuk di tes di kertas pH.
“Ok. Aman.” kata Mama ketika melihat warna merah di garis teratas.
Hasna membantu dan mengamati dalam diam. Abdurrahman Si 4 tahun hanya diam sepanjang 15 menit proses penggantian itu. Diam karena sibuk dengan gawai sehingga teralih perhatiannya. Dan diam karena dia belum mampu mengucap kata berarti akibat bentuk rahang dan tenggorokannya yang berbeda dengan orang kebanyakan. Bukan hanya tidak mampu berkata, adiknya pun tak mampu mengunyah sehingga untuk asupan nutrisi harus dibantu lewat lubang dan alat di perut. Makanan seenak apapun harus diblender dan dimasukkan ke dalam selang agar bisa masuk ke tubuh Abdurrahman. Hasna ingat suatu ketika Mama menghancurkan saikoro beef, kentang, dan wortel untuk makan malam adiknya.
Mama memandang Hasna dan berterima kasih. “Gimana kerja kelompoknya? Udah beres?” lanjut Mama sambil menengadahkan tangannya ke Abdurrahman untuk meminta gawainya.
“Udah. Alhamdulillah. Eh, Ma, Aku ke kamar dulu ya. Ada yang lupa kukerjain.” Hasna terburu-buru.
Sesampainya di kamar, Hasna duduk dan membuka jurnalnya. Setelah pengalamannya dengan teman-temannya dan adiknya, Hasna tahu apa yang harusnya menjadi fokusnya untuk membersihkan hati dari kejadian tadi siang; bersyukur atas nikmat tubuh yang sehat tanpa perlu alat bantu. Hasna pun mengutip hadits dengan brush pen-nya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan hati yang bahagia adalah bagian dari nikmat.” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad)
ceritanya mengharukan, pantas buat dibaca para remaja nih supaya lebih bersyukur dan humble dalam hidup
SukaSuka