Apakah kamu merasa gagal produktif ketika menstruasi?

Aku sih iya, dulunya.

Mood swing semasa menstruasi + depresi ini sukses membuatku merasa gagal produktif. Pekerjaan rumah terbengkalai. Anak-anak kurang diajak bermain dan eksplorasi. Makanan terhidang seadanya. Mudah tersinggung dan marah. Belum lagi keluhan fisik seperti lemas dan sakit yang berujung rebahan. Periode PMS yang kuartikan sebagai Pre, Pas, dan Post Menstruasi karena terasa tak kunjung berakhir.

Pesan penting Teteh Psikolog adalah berusaha mengenali dan menerima kondisi diri. Tak lagi mengutuk dan mengkritik diri sendiri.

Eh, bener lho, setelah itu jadi lebih mudah menemukan solusi, misalnya:
karena sakit, masak pun jadi ga fokus. Jadi, pesan katering dulu beberapa hari.

Karena gampang marah, berusaha memenuhi kebutuhan dasar fisik diri sendiri, seperti mandi, makan, dan tidur.

Karena lemas, ga bisa setiap saat menemani anak. Jadi, siapkan permainan mandiri.

Karena mood kacau, jadi pilih kerjaan yg dirasa menyenangkan

Akhirnya aku menemukan bahwa periode menstruasi adalah saat yang tepat untuk menekuni hobi walau hanya di sekitar kasur, seperti:

  • Menonton video yang tertunda
  • Menuntaskan membaca buku yang sudah separuh jalan
  • Menulis review singkat

Aku tak lagi membenci dan meratapi hari-hari menstruasi. Hari-hari menjelangnya menjadi lebih menyenangkan. Sebentar lagi periode itu tiba lagi. Aku menyibukkan diri memilih daftar buku yang akan kutuntaskan dan menyiapkan mainan anak. Aku mengisi kulkas dengan berkotak-kotak salad dan buah potong untuk menjamin asupan makanan sehat. Aku berusaha menyempatkan yoga atau jogging  agar membantu mood di hari M.

Akhirnya aku berusaha paham bahwa rupanya kondisinya semasa menstruasi bukan pertanda kegagalannya sebagai wanita. Hanya pertanda aku perlu istirahat dan mengubah aktivitas. Istirahat bukan berarti berhenti dan menyerah, bukan?

Rania Rengganis

Rania menekan tombol ‘upload’ di layar tablet-nya. Dia sedang menulis opini di sebuah web komunitas emak-emak sebagai kontributor.

Di sampingnya terdengar Musa gelisah, mungkin menagih susu. Rania menarik nafas, berhitung, dan menghela nafasnya. Kemudian dia tersenyum dan mendekap sang calon bidadara surganya.

Satu pemikiran pada “

Tinggalkan komentar