Quranic Lenses on Resilience

The pen has stopped writings [Divine (Allah’s) preordainment] and the ink over the papers (Book of Decrees) have dried.

– Hadits quoted from Sahih At-Tirmidzhi

We all have setbacks.

Painful moments.

Sometimes too painful even just to be spoken.

Bad things.

Sometimes they rip away our present,

also tear apart our hopes for our own future

Whatever that makes us stop in shock

and demand “How could this happen?”

Still in shock, we try to put ourselves together.

Collecting the remnants of what was shattered.

Trying to bounce back

from what appears to be the deepest depth of suffering.

That is resilience

Adam Grant stated that a person has no fixed amount of resilience. So the question is, how can we become more resilient. Resilience is like a muscle, it can be build up.

So now, let’s build up that muscle from Quranic point of view.

Yes we need that muscle strong and strongly!

Because life is never perfect.

How can we stay sane?

Baca selebihnya »

Kado Lahiran untuk Si Ibu

Kalau ada berita lahiran, pasti kebanyakan kita langsung berpikir untuk memberi kado barang bayi. Padahal si emak sebagai aktris utama di drama lahiran, juga bisa diberi kado lho.

Ya memang sih, saat diberi barang bayi, si emak pasti juga bahagia. Namun, saat mendapatkan kado yang spesial khusus buat diri sendiri ituu, waw! rasanya terharu dan bersyukur buanget.

Jadi, barang apa saja sih yang bisa dijadikan kado untuk si ibu?

  • Makanan manis

Something sweet is always perfect to celebrate good news. Makanan manis membantu meningkatkan mood. Sebut saja cake, kue, cookies, buah segar. All yummy. Lagipula emak2 habis lahiran apalagi menyusui, akan hampir selalu lapar. Hehe.

  • Makanan yang tersebut dalam Quran dan sunnah

Kurma, madu, dan sari kurma itu sangat membantu proses pemulihan pasca melahirkan dan juga bisa berfungsi sebagai asi booster.

  • ASI booster yang hits

Cocok untuk ibu yang memutuskan untuk menyusui. Bahkan emak2 yang tidak menyusui pun akan menikmatinya. Asi booster jaman sekarang kan enak2. Mulai dari yang siap dikonsumsi, cem almond milk, almond, granola, cookies, chocolate, juice, mung beans. Dan yang siap saji cem susu almond bubuk, susu kedelai bubuk, agar2, daan seterusnya.

  • Breastpump

This is the ultimate support for breastfeeding mom. Very helpful and useful. Memang sih, pompa asi itu cocok2an layaknya kosmetik. Dan tidak ada cara lain untuk menentukan kecocokannya kecuali dengan mencoba langsung. Pastikan si emak memang berniat menyusui ya. Kalo tidak, kita cuma akan menambah tekanan yang tidak perlu dan malah bisa mencederai hubungan. Hehe,

  • Aksesoris menyusui

Mulai dari cooling bag untuk bawa asi, nursing apron,  breastpads, bra, kompres untuk payudara. Nothing off limit or too personal here. It is just what we need to function :))

  • Gendongan

This is a win-win gift, for mom and baby. Si emak bisa menggendong dengan nyaman, si anak anteng karena didekap induknya. Tapi sebenarnya ini juga cocok2an sih. Ada yang sukanya digendong dengan soft structured carrier (cem ergo dan boba, atau cuddle me yang merk lokal). Ada juga yang malah lebih suka dengan wrap (cem moby, hanaroo) dan sling.

Bahkan jaman sekarang ada juga geos alias gendongan kaos. Tapi yang terakhir ini agak tricky untuk dijadikan kado karena harus menyesuaikan dengan berat dan bentuk badan si ibu. Topik sensitif kan ye. Hehe.

Sebenarnya gendongan manapun boleh, asal tetap memperhatikan dan mempertahankan bentuk punggung C dan kaki M si anak. Paling ekonomis sih sling ya cem petit mimi, cuddle me air sling. Hehe. Kain cukin sekarang juga lucu2 motifnya cem petit mimi, yang elegan juga ada cem mere et moi.

  • Body care set

Save the best for the last. Habis lahiran dan ngurus anak bayi ituuu cuapek dan remuk. There is (almost) nothing better than pampering yourself with fragrant products. Body scrub, body butter, lotion, shower gel, body mist, stretch mark cream, essential oil, etc. Ga harus selengkap itu juga sih. Set variasi mini Cottage shower gel itu juga lucu buat kado. Hihi.

 

Hm, jadi teringat ada teman yang belum diberi kado! Oh noo. Baiklah, tulisan ini saya cukupkan sekian dulu tanpa penutup berarti. Bye.

Midnight Page Starts Now

Hoaammm.

Yak. H +1 mom’s identity crisis.

Day 1 of finding myself back.

Setelah mengalami kegagalan luar biasa ketika bikin kue2 buat hari lahir kinul, diri ini mendapatkan reality check : masak dan baking bukanlah keahlian utamaku. Hahaha, menyakitkan. Apalah awak ini. Emak2 rumah tangga tapi ga becus masak dan bikin2.

Ya aku bakal tetep masak sih karena cooking is part of family’s survival – physically, mentally, and financially. Haha, ya udah tau lah ya kalo homemade dishes itu lebih murah daripada take out dan lebih sehat daripada warteg. Dan masakanku most of the time edible kok and healthy too.

Namun, aku butuh mengembangkan skill set yang asik dan therapeutic. Jadi, aku balik lagi aja nulis. Writing and language learning is kinda my long life passion, even though my degree is engineering. And I did pretty well, even though it never really got me far. (sedih ya, even though mulu, haha)

Yak, jadi mari kita kembali menggali dan mengembangkan passion terpendam dan so so ini menjadi sesuatu yang lebih berguna. Dimulai dengan menulis tanpa putus tiap hari!

I kinda forget but there was a saying that when you want to excel at something, you have to be able to do that everyday of the week, even in holiday.

Ya mungkin ga seekstrem itu gpp ya,, tapi pada intinya, keahlian itu membutuhkan kerja keras dan ketekunan. Perseverance.

Alright, this would be my first post. I call this project as midnight page, considering I can write (sorta) peacefully when my baby and bojo is asleep. Hehe.

Sebenernya masih pengen nulis tentang sertifikasi.. Tapi udah jam 12 euy. Tadi si bayi mewek minta mimik. Yah, pending topic buat besok deh.

Kita tutup postingan ini dengan bismillah. Semoga bisa istiqomah mengembangkan diri. Bukan sekedar buat diri sendiri, melainkan supaya bisa berguna di jalan Allah.

(Ya gw bukan ulama sih,, cuma sebagai pengingat diri aja..)

Mata ne!

#midnightpage #projectwriting #findingmyselfback

My Digital Footprints

Setelah bertahun-tahun vakum menulis hingga menguap semua skill dan insting itu,, akhirnya saya kembali mencoba merangkai kata dan post yang (semoga) berkesinambungan dan berguna.

Banyak pertimbangan kegalauan saat ingin kembali menulis. Melanjutkan blog yang mana? Pake bahasa apa? Kapan ngeblognya? Penting ga sih nulisWorth reading-kah topik yang akan aku tulis? So many doubts!

Dan inilah keputusannya. This blog. My (new) digital footprints.

Blog ini adalah blog baru sebagai awalan kisah emak-emak dan penutup kisah culun-culun. Beberapa post berharga di blog2 masa lalu akan tercantum di sini sebagai pengingat betapa telat dewasanya diri ini. Hah. I wear my scars like badge of honor.

Catatan ini berupaya menjunjung tinggi bahasa Indonesia sesanggup penulisnya.  Bahasa gaul dan asing sisipan akan dicetak miring kecuali seluruh post-nya berbahasa asing or slank.

Kedepannya saya berencana akan ada banyak juga post dalam bahasa inggris terutama yang berbau agama islam. Karena oh boy do we need to spread the word about the beauty and peace of islam to the worldout there! (backstory on another post)

Seorang teman pernah berkata bahwa blog orang indonesia lebih banyak berkonten personal (baca: curhat) ketimbang hard science. Jujur, kalimat itu agak membuat saya berkecil hati untuk mencatat dan berbagi lewat blog. Namun saya sadar, namanya juga blog, ya isinya pasti personalized jadi pasti ada opini dan pengalaman kita yang ikut tercantum. Lagipula, apa salahnya dengan konten personal (dan bahkan curhat)? Bukankan ilmu menjalani hidup adalah ilmu yang paling berharga yang tidak diajarkan di kelas2 sekolah dan kuliah?

Begitulah.

Dan saya akhiri tulisan pertama saya dengan Bismillah.

Semoga bisa istiqomah, menjadi amal jariyah, dan menjalin silaturrahim.

 

Good Night

A good night indeed. The baby and the bojo is sleeping. Bihihi.

This is my me-time~~ Doing my thesis (a little), blogging (a little too), and kriyip2 (the most). Buhu. I’m truly sleepy. But hey, being able to have a me-time after 3 months is a cause for celebration! And I’m going to celebrate it by writing a bit.

After being a mom, I’m thinking of reactivate my blog.

Yeah. Mau ngapain lagi coba emak2 jaman sekarang. Kalo ga ngurus anak-suami, paling ya kongkow (entah di mall, coffe shop, atau masjid), ngurus ol.shop, or ngeblog. So I choose blogging.

But then, a little hiccup. Which blog should I reactivate? Bahaha. Maklum, sisa2 blog jaman labil..

So I choose this one. And I cant believe the name of “The Aegis” is still relevant. Hihi. Back then I chose it because I loved Gundam. It’s the first Gundam of Athrun Zala in Gundam Seed (oh my, i still remember the cast). And now, because i’m a mom, aegis is a name that brings hope and prayer. It means protection and support. Just like what I want to be for my family.

But I still keep my tumblr too. I love the cute things I post and liked there~~ Hiburan banget, di antara serbuan berita dan iklan sinetron turki.

Wah. Its already dawn. I need to have some sleep.

So chao! Mata ashita~

Change is Bad

I always believe that change is good. So, when I heard my mom had to move to other school, I was excited. Moreover, her new school is a leading vocational school in hospitality. I thought, “This is great. Finally she gets the best school and students to teach.

Unfortunately, this transfer, or what they call ‘mutation’ has negative stamps all over it. Those who are transferred are considered worthless or maybe pain in the ass by headmaster of the old school.

That is weird. My mom is loved by her co-workers and especially her students. She gets a lot of presents and thank you notes from the inspired students, even from the alumni. She also gets along with other teachers. She coordinates English teachers team. All those people are willing to give positive testimonials about her, proven by the rave going in her old school.

Not to mention her achievements. She got the highest TOEIC scores at school.. She trained many English debate teams and many other competition. They won most of them.

The worst part is, she didn’t get a desk or cubicle in her new school. Oh men. Come on. You are one of the best school in Surabaya and you can’t get a desk for 1 teacher. Give me a break.

Surely, those things make her feel kind of down in the dump.

After I know the downside of being transferred, I feel kind of burned up. I am not angry about my mom undergoing a mutation. I’ll say it is inevitable. What I hate is the fact that why there should be a negative stamp on mutation. What kind of policy is that? Who makes that call?

At first I planned to criticize the policy by writing opinion letter in newspaper (hoping anyone is willing to publish :p), but then I thought back. Well, mutation also happens (way a lot) in other institutions. Small mistakes, and Mr XYZ will find himself drowning and serving in a remote area. Due to that broadly known tradition (without considering whether it is bad or good), I cancel my plan. I write it in a more personal and informal way in here, instead.

Maybe this writing won’t get anywhere. I am not sure anymore why I should write anything. Maybe I just want to defend my mom’s honor. You know, I grow up watching her work her tail off to perform her best. She buckles down even at midnight in order to prepare her materials. Also, in her fifties, she is still willing and eager to learn about IT & computer while her other friends just give up. Her determination is one to admire.

She has worked that hard to teach. And it pays off. Her students and colleagues respect her. I think that is the most important thing. In the end, people who rate teachers’ performance are the students. Sure, there must be people who don’t like her personally or hate what she does. Well, you can’t please everybody. As long as those little warm gifts and thank you notes are on her table, we should be grateful.

Besides, remember At-Taubah: 9?

And say (O Muhammad SAW) “Do deeds! Allah will see you deeds, and (so will) His Messenger and the believers. And you will be brought back to the All-Known of the unseen and the seen. Then He will inform you of what you used to do.”

As long as we have Allah, we’re gonna be find. I’m sure she will perform as well as she did back then. And sure, she will inspire her new friends and students along the way. Bismillah.

Happy birthday, Mom.

May you always find serenity and serendipity wherever you are.

Memento

It’s been almost 3 years since I wrote here. Clicking back through those past posts,, is nostalgic; seeing where I was, looking where I am. There is always this tingling feeling of guilt when you (particularly, I) read your (definitively, mine) old journal..

The old page of “Kulo Aku Saya Beta” shows the dreamy-teenage me.

The precious page of “CisInBar 1” shows how I do appreciate my days in Bandung.

The particular post of “What It Means To Be A Planner” somehow warms my heart.

When I decide to blog again, I think of deleting those old juvenile posts, or creating new blog. But, nah. I choose to use this blog, still. And making those posts as memento.

If I ever go astray again, I shall read this.

Remember how far you’ve come, not just how far you have to go. You are not where you want to be, but neither are you where you used to be.” – Rick Warren

*Kok mellow gini. Maybe it’s the sleep deprivation..*

Satu

Dulu, temanku pernah bertanya dalam suatu forum kecil kepada si teteh,

Teh, saya pernah tau, bahwa katanya islam itu akan terpecah menjadi 72 golongan dan hanya satu golongan yang akan masuk surga. Kok ngeri, Teh.

Pikirku saat itu, “Hah. masa’ Allah tega sih. Bukannya perbedaan interpretasi tidak mungkin terhindarkan?”

Namun jawaban si teteh sama sekali tidak memuaskan buat saya, “Makanya Dek, emang harus hati-hati pilih jamaah.”

Jawaban yang menurutku sangat subjektif dan mengandung maksud serta arahan tertentu. Jawaban yang malah membuat saya enggan menjebakkan diri dalam satu nama golongan.

4 tahun berlalu dari masa itu. Saya sedang santai membuka Quran kenang-kenangan umroh. Lalu saya temukan,

It has been narated by Abu Hurairah RA, in the hadits book (At-Tirmidhi, Ibn Majah, and Abu Dawud) that the Prophet Muhammad SAW said;

The Jews and Christians were divided into 71 or 72 religious sects and this nation will be divided into 73 religious sects – all in Hell, except one, and that one is the one on which I and my companions are today. [i.e following the Qur’an and the Prophet’s Sunnah]

dalam penjelasan petikan ayat QS. Ali Imran 3: 103;

And hold fast, all of you together, to the Rope of Allah (i.e this Quran), and be not divided among yourselves.

Rupanya teman saya itu salah mengutip. Yang terpecah itu bukan islam, melainkan yahudi dan kriten. Islam tetap teguh terhitung sebagai satu golongan. one religious sect.

Men, satu. Satu Islam. Satu Iman.

Lalu, mengapa jadi terpecah-pecah begini. Tiap golongan tidak menerima golongan yang lain. Tiap golongan merasa benar sendiri.

Mengapa tidak cukup berpikiran, bahwa selama patuh pada Quran dan Sunnah, mereka dan kita adalah sesama muslim. ck.

Penting?

Niat awalnya, beres-beres kamar. Namun kemudian saya tertegun melihat tumpukan kertas dan buku, bingung mau saya pindahkan kemana semua itu. Lalu mata saya tertuju pada buku Asma Nadia yang saya letakkan khusus di atas tempat tidur di samping bantal.

Buku yang saya peroleh dari Agunk 4 tahun lalu. Buku yang saat itu terasa terlalu dewasa bagi saya untuk membacanya. Saya penasaran, bagaimana rasanya jika saya yang sekarang membaca buku tersebut. Akhirnya, saya putuskan untuk duduk dan membaca.

“Saya tidak pernah mencintainya. Saat itu saya ingin ikhlas ketika menikah. Karenanya… saya memutuskan tidak melihat wajah istri ketika kami berproses. Saya baru melihatnya setelah di pelaminan. Betapa kagetnya saya…karena perempuan itu sama sekali tidak cantik!”

– Menikah Tanpa Memandang. Catatan Hati Seorang Istri

Mba Asma Nadia terdengar heran dalam tulisannya. Meskipun setulusnya dia menghormati dan tidak menghakimi sikap temannya itu. Dan tawa saya pun meledak ketika di akhir cerita Mba Asma menulis,

Meski jika dibenarkan, ingin sekali saya meninjunya.

Hahaha. Mengesalkan memang. Tapi kadang, mau bagaimana lagi, memang laki-laki itu makhluk visual. Wajar jika mereka memasukkan penampilan sebagai salah satu syarat tumbuhnya cinta.

Namun untungnya, sang teman ini bertanggung jawab terhadap pilihannya dan keluarganya. Fiuh. Yang mengingatkan saya kepada kalimat bijak seorang tokoh islam. (Yaa, saya lupa siapa. maaf tidak akurat. untungnya ini bukan skripsi)

Menikahlah dengan lelaki sholeh. Jika dia mencintaimu, dia akan membahagiakanmu. Jika dia tidak mencintaimu, dia tidak akan menyakitimu

Saya akhirnya mengerti realisasi kalimat itu ketika menyandingkannya dengan kisah Mba Asma di atas.

Lalu yang menyedihkan adalah bagaimana cara membangun keluarga tanpa cinta.. Bagaimana mengajarkan cinta kepada anak jika rupanya orang tua mereka tidak saling mencinta..

Duh, ikhwan, tidak perlulah sok ikhlas. Sadari diri bahwa kalian membutuhkan eye-candy or apple of your eyes untuk hidup dan mencinta.

Duhai, Maha Pembolak-balik Hati, selipkan dan tumbuhkan cinta di hati para pasangan dan keluarga yang telah terlanjur berada di situasi semacam ini.. agar mereka bisa mencintai satu sama lain dan mengajarkan sebentuk cinta-Mu kepada anak-anak mereka.

Dan.. Duh, Maha Pemilik Cinta, hindarkanlah kami perempuan-perempuan lajang ini dari pernikahan yang tanpa cinta..

 

— dan saya masih belum beranjak untuk kembali beres-beres. wah.

Setelah Itu

Selama masa TA, menulis adalah sesuatu yang mengerikan buatku. Setiap menulis, rasa takut dan ragu selalu saja menyertai. Bahkan, tulisan TA-ku tidak menunjukkan setitik pun bahwa saya memiliki kegemaran menulis. Oh.

Yah, setelah masa itu berakhir, kembali nge-blog adalah sebuah pembebasan diri. Fiuh. Sekaligus untuk memenuhi permintaan fans setiaku. *bweh*

So, as my coming back, saya ingin berbagi cerita.

Proses TA sejak Juni 2011 adalah sebuah drama, there was climax and twist and many things. Haha. Beneran deh. Dan ini adalah pelajaran terdalam dari drama tersebut. Hikmah yang semoga dapat saya pegang dan laksanakan selama sisa hidup.

This one is for real.

Yeah, selama ini saya punya kecenderungan untuk melarikan diri ketika kenyataan tidak berjalan sesuai harapan. Meskipun alasan atas itu adalah diri saya sendiri. Saya melarikan diri. Dan berharap bahwa things will be better tomorrow. But you know, there is no tomorrow. There’s only today. This ‘today’ determines your tomorrow. Kalo kata Agunk, "Jangan berharap kondisi akan lebih baik, kitalah yang harus lebih kuat."

Dan di masa TA ini, terutama di kondisi mepet penuh tekanan dan deadline ini, saya belajar bahwa tidak seharusnya saya lari. Sepahit apapun. Maju. Jelaskan. Komunikasikan. Pull through. Kuatkan seluruh sel, pikiran, dan mood untuk tetap berjuang memenuhi janji. Do not compromise. Jikalau hasilnya buruk, yang terpenting adalah selama proses, saya sudah berjuang yang terbaik.

Just face it. Life is much easier if I don’t runaway.

There will always be a way to make your dreams come true.

Jadi, yah, siapapun yang membaca tulisan ini, and one day find me repeating the same mistake,, please stab me in the front. Tell me off and get me back on my feet. I’ll be so thankful for that.