— secercah keberanian untuk berbagi mimpi dan harapan
Suara tangis meraung-raung layaknya sirine yang tak merdu memecah keheningan pagi, mengundang tanda tanya orang sekosan, mengganggu waktu baca koranku. Telusur punya telusur, suara tangisan itu berasal dari putra pemilik kosanku, code name Anjas. Rupanya, ayahnya meninggal di Cepu pagi ini.
Untuk Yang Akan Pergi
Kematian selalu menjadi pelajaran dan peringatan bagi mereka yang masih diberi berkah kehidupan. Suatu saat nanti di suatu tempat, kita yang masih hidup ini pasti akan mati. Sadarkah kita mengapa Allah tidak pernah membuka misteri masa depan kita kecuali satu kepastian bahwa kita pasti mati? Agar kita mempersiapkan diri. Agar kita berhati-hati bahwa orientasi hidup tak hanya untuk dunia, melainkan untuk kehidupan setelah mati. Allah tidak membocorkan rahasia kapan dan dimana kita akan mati tetapi Allah memberi kita kesempatan untuk memilih, bagaimana kita akan mati. Husnul khotimah? Su’ul khotimah? Itu pilihan kita, dengan ridho Allah.
Dikala aku dimandikan
Aku menyadari
Betapa pentingnya memelihara kesehatan jasmaniDikala aku dibungkus kain kafan
Aku menyadari
Betapa pentingnya memelihara kehormatan diriDikala aku disholatkan
Aku menyadari
Betapa pentingnya memelihara pengabdian diriDikala aku diantarkan kepemakaman
Aku menyadari
Betapa pentingnya memelihara silaturahmi dan persahabatanDikala aku dikuburkan
Aku menyadari
Betapa pentingnya memelihara rasa tanggung jawabDikala aku ditangisi sanak dan famili
Aku menyadari
Betapa pentingnya menangisi diriDikala aku ditinggal sendiri
Aku menyadari
Betapa pentingnya mendekatkan diri pada IlahiDikala aku terkujur dalam kegelapan
Aku menyadari
Betapa pentingnya mencari cahaya ilmu
Bagi Yang Ditinggalkan
Kita mungkin ingat bahwa kita akan mati dan jangan lupakan pula bahwa orang-orang dekat kita – orang tua, sahabat, saudara, dst – juga akan mati, bisa jadi, sebelum kita. Menghadapi kepergian orang yang kita sayangi memang bukan perkara mudah, pasti ada duka terselip di dada. Tapi bagaimana kita menyikapi duka dan mempersiapkan diri menghadapi duka itu?
Sadarilah bahwa siapapun itu yang kita sayangi, adalah milik Allah. Jikalaupun kita mencintai dan dicintai seseorang, sadarilah bahwa Allah lah yang Maha Pencinta dan Dicintai. Jika dia pergi, masih ada Allah yang bisa kita cintai, yang mencintai hamba-Nya, yang kepadanya kita masih bisa menumpahkan segala keluh bahkan harapan.
Mandiri. Ini hal terpenting untuk selamat hidup di dunia. Sering kali kita menangisi seseorang karena kita amat terikat dengannya, atau bahkan amat tergantung kepadanya. Ini harus dikikis.
Kita awalnya sendiri dan akhirnya sendiri. Mereka yang berhasil adalah mereka yang meletakkan dunia di tangannya dan akhirat di hatinya. ~Pramoedya Ananta Tour
Meskipun di awal dan di akhir kita pasti sendirian, di tengah-tengah kita masih bisa bersama dan bergerombol. Mandiri bukan berarti memutus kehidupan dengan orang-orang sekitar. Bagaimanapun juga kita makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk bertahan hidup.
– my unfinished writing. it’s been 2 years and never finished.

akhirnya aku sendiri tidak menyangkal hal ini karena pemikiran-pemikiran ini sempat merasuk juga dalam pikirku. Coba tengok, selama ini aku bisa tenang membaca koran, menonton berita, membeli buku, membaca buku, menjelajah internet, dan belajar – yah, apapun
untuk menambah pengetahuan – karena ada kepastian uang bulanan yang mencukupi dari orang tuaku (anggap saja gaji). Hidup jadi tenang, ibadah jadi nyaman, banyak yang bisa disyukuri, dan diri yang bisa dikembangkan.