Menunda atau Mengabaikan?

Procrastination. Pasti semua orang pernah melakukannya, bahkan orang paling rajin sekalipun. (Yah, meskipun mereka mungkin hanya menunda beberapa detik untuk melakukan apa yang seharusnya mereka selesaikan).

dari: completeyourdissertation.com
dari: completeyourdissertation.com

Banyak alasan mengapa orang menunda. Jawaban terpopuler adalah karena belum mood. Belum? Ya. Inilah jawaban para deadliners. Mereka merasa tidak termotivasi jika pekerjaan yang mereka lakukan jauh dari deadline.

Peringkat kedua adalah jenuh. Bosan karena melakukan hal yang sama secara berulang. Alhasil mereka memutuskan untuk mengerjakan hal yang lain terlebih dahulu (baca: penyegaran).

Saya punya jawaban lain. Saya masih punya mood untuk bekerja atau belajar. Saya juga masih bersemangat. Saya hanya simply rebellious. Ketika saya punya daftar pekerjaan, saya cenderung untuk mengabaikannya dan malah mengerjakan yang lain.

Ketika saya dituntut untuk mengerjakan TA, saya lebih memilih mengisi web salman. Ketika saya diharuskan mengisi web salmanitb.com, saya lebih memilih untuk belajar dan mengerjakan TA. Ketika saya sepatutnya belajar Planologi, saya lebih berminat untuk membaca jurnal dan artikel jurnalisme. Pencapaian saya jadi terbalik-balik.

Sama seperti sekarang ini, ketika saya punya deadline tulisan web salmanitb.com, saya malah menulis tentang ini. Ketika saya bertekad menulis tentang procrastinator, saya malah punya ide untuk menulis tulisan lain.

Ah! Ketika saya fokus untuk satu hal, hal-hal lain tiba-tiba ikut nongol. Ide-ide berlompatan dan mengalihkan fokus saya. Harus bekerja secara simultan nampaknya. Tetapi, risiko bekerja simultan adalah bertambahnya kebutuhan waktu. Ah ah ah.

Pengotak-ngotak

Pengotak-ngotak maksud saya bukanlah tukang pembuat otak-otak, melainkan orang yang enggan berubah, alias terkotak-kotak. Begini, dalam ilmu psikologi kita mengenal tipe dan karakteristik orang. Seperti, Sanguinis, Melankolis, Phlegmatis, dan Kholeris.

dalam kotak

Lalu orang terkotak-kotak dengan karakter-karakter itu. Mereka berpikir, “Saya ini tipe A, jangan suruh saya untuk menjadi tipe C. Saya tidak bisa!” Padahal tiap-tiap kita itu sebenarnya memiliki semua resources untuk sukses. Dan untuk sukses itu kita tentunya tidak bisa tetap menjadi orang yang sama sepanjang waktu. Ada kalanya seseorang yang pendiam dan teliti mendapat amanah untuk memimpin. Atau sesorang yang santai dan spontan harus melakukan sesuatu yang terorganisir.

Ketika saat-saat yang dirasa bertolak belakang seperti itu terjadi, tidak sebaiknya kita menghindar. Karena yang perlu kita lakukan hanyalah memanggil kenangan masa lalu mengenai seberapa terorganisirnya kita atau dominannya kita. Kita panggil kenangan itu, hadirkan kembali, ingat-ingat bagaimana perasaan dan suasana saat itu. Dengan begitu kita bisa menjalankan tugas dengan baik.

Karena kita memiliki semua yang dibutuhkan untuk sukses! Explore!

– disarikan dari kuliah singkat Kang Arfi di mobil menuju Salman dari Antapani.

Arti Sholat

“Sholat itu mencegah kita menjahati diri sendiri dan orang lain,”

Sepenggal nasihat pada waktu sholat dhuhur di Masjd Salman begitu mengena.

Itulah sebenarnya hakikat ‘fahsyai wal munkar‘, berbuat buruk kepada diri sendiri dan kepada orang lain,” lanjut bapak calon imam. Suara dalam kepalaku berkata, “Ahaaa, rupanya bukan sekedar mencegah dari perbuatan keji dan munkar ya! Rupanya artinya lebih dalam! Lha terus dulu itu siapa yang ngajarin kek gitu?”

‘Keji dan munkar.’ Pilihan kata yang nampaknya berlebihan. Keji seakan sadis. Munkar serasa munafik dan penuh kepalsuan. Kata-kata jahat yang berat dan tak terjangkau. Padahal makna ‘fahsyai wal munkar’ sendiri sebenarnya jauh lebih sederhana dan dekat dengan keseharian.

Dekat? Ya, dekat. Berbuat buruk kepada diri sendiri banyak contohnya. Sebut saja, ketika kita memilih untuk menunda-nunda pekerjaan, padahal dengan menunda suatu pekerjaan, pekerjaan lain kita pun ikut tertunda. Atau ketika kita memilih untuk melakukan sistem kebut semalam ketimbang belajar (atau mengerjakan) rutin setiap malam. Atau ketika kita memilih untuk menyantap fast food ketimbang lotek dan gado-gado. Atau ketika kita memilih untuk meneruskan tidur ketimbang lari pagi. Hal-hal sederhana yang dapat merugikan diri sendiri.

Berbuat buruk kepada orang lain? Tidak perlu melukai, menabrak, ataupun membunuh untuk itu. Cukup dengan, misalnya, melalaikan amanah dan kepercayaan yang telah diberikan orang lain kepada kita. Hal-hal semacam inilah yang coba dicegah dengan sholat.

Siang itu, pada ceramah singkat sebelum sholat dhuhur, aku semakin menghargai sholat. “Ooooh, indah ya rupanya makna sholat itu. Coba aku tau dari dulu,” terselip seberkas penyesalan dalam pikirku.

Ayo sholat, demi kebaikan diri kita dan orang lain!